Love in the Limelight: A Funny Romance chapter 2
Chapter 2
Para mahasiswa duduk di tempat nya masing-masing dan dosen
memulai kelas hari ini. Beberapa dari mereka ada yang mengobrol dan sibuk
dengan dirinya sendiri. Banyak kegiatan yang mereka lakukan di saat jam
pelajaran. Aku juga tidak terlalu memperdulikannya karena setiap orang punya
masalah sendiri-sendiri. Tidak ikut campur merupakan salah satu cara terbaik.
Beberapa dari mereka juga ada yang aktif bertanya dan menjawab. Jam pelajaran
pertama dan kedua pun berakhir, jam pelajaran ketiga akan di mulai satu jam
lagi.
Kebanyakan dari mereka pergi ke kantin untuk menghilangkan
lapar dan haus akibat pelajaran tadi. Berbeda dengan ku, saat-saat seperti
inilah aku pergi ke perpustakaan untuk membaca buku. Buku yang ku suka adalah
“Kotak Musik” karya Liz Iqrimah. Buku ini sejenis novel yang menceritakan
romansa antara cowo dan cewe. Aku membaca buku sampai waktu istirahat habis.
Kemudian kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran.
“Sampai sini saja perkuliahan kita pada hari ini, Selamat
Sore” ucap sang dosen meninggalkan kelas.
Para mahasiswa pun meninggalkan kelas dan pulang ke rumah
masing-masing. Aku bergegas pulang karena hari ini ada shift kerja. Aku punya
perasaan tidak enak kali ini.
“Yo Ruka, ayo kita pulang bareng” ucapnya sambil
cengengesan.
“Aku buru-buru, tidak punya waktu bersantai, dasar Arman”
ujarku dengan nada yang cukup tinggi.
“Heeh, tumben Haruka terburu-buru seperti ini” ucapnya.
“Kalau begitu, Hupp” Arman mengambil tas ku dan berlari
dengan cepat. Aku sontak terkejut dan berteriak.
“Woyyyy Armannn, kembalikan tas ku, awas kamu yaaaa” ucapku
dengan nada tinggi dan berlari mengejarnya.
“Hahahahaha, dengan ini pasti lebih cepat kan” ucapnya
sambil tertawa
“Sial, awas aja kamu” ucapku dengan nada tinggi.
Kami terus berlari hingga berhenti di depan rumahku. Napas ku
terengah-engah jantungku berdebar debar rasa ingin pingsan.
“Bagaimana, cepat bukan, heheh” ucapnya nyengir.
“Kalau begitu aku pulang dulu ya dadah” ucapnya langsung
lari dari hadapanku.
“Dasar Armann, apa yang dia pikirkan membuat wanita lari
hingga kelelahan, suatu saat akan ku balas dia” ucapku kesal sambil memegang
kepalaku.
Aku langsung masuk ke dalam rumah dan mandi, berpakaian rapi
dan bergegas pergi kerja. Tempatnya tidak terlalu jauh dengan rumahku. Kemudian
aku masuk ke kafe coffe dan memakai seragam pelayan. Shift kerja ku dari jam
lima sampai jam sebelas malam. Perasaan tidak enak ini kembali muncul.
Kriingg, suara bel menunjukkan kedatangan pelanggan. Dan
benar saja pelanggan itu adalah Arman. Kemudian aku sembunyi di belakang dapur.
“Hoi Haruka, apa yang kau lakukan ? ada pelanggan lo,
Hmmmm.... mungkinkah dia pacarmu” ucap senior tempat kerjaku.
“Haaa.... tidak-tidak, dia bukan pacarku, dia hanya suka
mengganguku” ucapku dengan nada agak tinggi.
“Kalau begitu perlu kah kubilang kalau kamu menyukainya”
ucap senior ku sambil tawa jahat.
“Apaaa.... sudah kubilang aku tidak menyukainya” ucapku
dengan nada tinggi.
“Kalau dia bukan siapa-siapa harusnya kamu bisa kan,
(enaknya masa muda) dalam hati” ucap senior ku.
Kemudian aku memberanikan diriku langsung mendatangi meja
Arman dan menanyakan pesanan nya.
“Mas mau pesan apa ?” ucapku dengan senyum yang menahan
diri.
“Kopi susu, tapi jangan pakai gula, air nya jangan terlalu
banyak, terus harus panas jangan hangat” ucapnya.
Mau di mana pun sifatnya tetap sama ya, sama-sama
menyebalkan Huft (ucapku dalam hati).
“Baiklah, satu buah kopi susu ya, mohon tunggu sebentar”
ucapku dengan urat kepala yang mulai bermunculan.
“Oh iya satu lagi, Yang membuat kopi harus kamu ya, yang
melayani juga” ucapnya dengan nada sok.
“Baaikklahhh” urat kepalaku sudah pada batasnya.
Kemudian aku kedapur membuat pesanan nya, senior dan para
pekerja lain tertawa kecil. “Kenapa hal ini terjadi, kenapa dia selalu mengganguku
dasar Armod (Arman bodoh)” ucap ku dalam hati. Tak lama pesanan pun selesai,
aku bergegas langsung menyajikan kopi ini ke meja Arman. Namun semua tak
berjalan lancar, kopi yang ku bawa tak sengaja mengenai pelanggan yang sedang
berjalan.
“Wuss ..... Panas panas panas.... Hoi kau apa yang kau
lakukan, kerja yang betul dong!!! Kalau jalan pakai mata, cuman pelayan aja
tapi kelakuan kayak gini” ucap pelanggan itu dengan nada tinggi. Hatinya yang kesal
rasa ingin meluapkan semua nya padaku.
“Maaf .....Maaf....Maaff kan saya” ucapku. Aku yang terkejut
spontan meminta maaf sambil menundukkan kepala dengan takut.
Sang pelanggan yang marah tadi langsung melayang kan
tanganya untuk memukulku. Hal ini harus aku terima dengan lapang dada karena
murni kesalahan ku. Namun, seperti seorang pangeran yang menyelamatkan tuan
putri. Seorang pria yang hanya bisa menggangu dan menjahiliku kini
melindungiku.
“ (mencoba memukul) ....Hupp.... woy rendahan apa yang kau
lakukan, pelayan seperti ini wajib di perlakukan seperti ini, kau tidak berhak
menghentikanku” ucap pelanggan itu dengan marah dan kesal.
“Huuuh..... apa yang kau katakan, bukan nya dia sudah minta
maaf dengan tulus, mau ku cincang badan mu dasar babi busuk” ucapnya dengan
nada kesal dan seketika menjadi orang yang berbeda.
Pelanggan yang marah tadi tiba-tiba berubah drastis dan
langsung meninggalkan Caffe. Aku tidak terlalu mendengar apa yang mereka
bicarakan, namun aku menyadari bahwa sikap Arman berubah drastis saat menghentikan
pelanggan itu. Seperti kebencian yang amat dalam.
mantapp, di tunggu lanjutannya ya bang :)
BalasHapusSiip
Hapus