Love in the Limelight: A Funny Romance chapter 3

Chapter 3

Setelah kejadian itu, tak lama Arman meninggalkan caffe tanpa sepatah kata. Arman yang ceria seperti bunga kini berubah menjadi sedingin es. Manager caffe menceramahiku selama setengah jam lamanya. Namun ia tidak marah, hanya memberiku nasihat agar lebih hati-hati lagi. Para senior juga mengatakan itu adalah hal wajar yang sekali-kali terjadi, jadi harus belajar dari kesalahan. Aku sangat bersyukur memliki manager dan senior yang baik di tempat kerjaku. Hatiku kini jauh lebih baik, namun aku masih kepikiran dengan Arman.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, aku berkemas untuk kembali pulang ke rumah. Tak kusangka, ternyata hari ini cukup berat. Aku harus pulang dan menenangkan pikiranku.

“Terimakasih atas bantuannya hari ini” ucapku kepada penghuni caffe. Kemudian aku keluar dari caffe, terlihat Arman yang sedang menunggu ku.

“Terimakasih atas kerja keras nya Tuan putri, hari ini saya akan mengantar Tuan putri sampai ke rumah ya” ucap Arman.

“Arman, Terimakasih” ucapku dengan malu.

“Haah apa tadi, aku tidak dengar coba bilang sekali lagi” ucapnya nyengir.

“Sudah kubilang, Terimakasih telah menolongku tadi” ucapku dengan wajah semerah tomat.

“wohh... ini kejadian langka, harus di abadikan wkwkw... “ ucapnya dengan tawa jahat.

“Tenang saja, dimana pun, kapan pun, aku akan ada untukmu.... sebab aku telah jatuh cinta padamu (ucapnya dengan nada pelan)” ucapnya dengan wajah melihat langit.

“apa tadi...itu” ucapku yang penasaran dengan kata yang terakhir.

“Tidak..... tidak ada” ucapnya sambil tersenyum.

Kemudian kami pun pulang bersama. Di perjalanan kami mengobrol tentang banyak hal. Entah mengapa aku lama-lama terbawa arus ini, arus yang membuat hidupku lebih bewarna. Aku berpikir bahwa ini tidak terlalu buruk. Namun aku masih penasaran apa yang Arman sembunyikan dari diriku.

 

 

“Baik, pertemuan hari ini kita selesai sampai di sini, silahkan bubar” ucap sang dosen mengakhiri kuliah hari ini. Hari ini adalah awal di mana liburanku di  mulai. Hari – hari ku, ku habiskan dengan mempelajari tentang music dan mengaransemen lagu.

“Yo Rukachan, kita nonton bioskop yuk ... hari ini ada film yang bagus lho” ucap Arman dengan semangat. Aku sudah menduga ini akan terjadi.

“Hari ini aku akan mengaransemen lagu.... jadi tidak ada waktu untuk itu” ucapku memberi alasan. Anehnya Arman sama sekali tidak menyerah.

“Jangan-jangan Rukachan tidak pernah ke bioskop ya... hihihi “ ucap Arman yang terus menggodaku.

Aku menundukkan kepala sambil tersipu malu. Jujur aja orang tua ku selalu sibuk dengan pekerjaan nya, sehingga kami jarang menghabiskan waktu bersama.

”ada apa Rukachan ? mungkinkah tebakan ku benar “ ucap Arman tersenyum jahil.

“Orang tuaku selalu sibuk, jadi tidak ada waktu untuk itu” ucapku malu.

“Heehh... kalau begitu deal ya... besok aku tunggu di stasiun pukul 10 pagi, jangan sampai terlambat” ucap Arman sembari pergi.

“Apa? Woyy Arman tunggu, kita belum membicarakan kesepakatan ini, Armann!!!” ucapku kesal. Dasar Arman langsung main pergi aja, bagaimana jika aku ada kesibukan lain. Tapi besok sepertinya tidak ada. Hmm...  Ahhhh... Arman selalu membuat ku pusing, kenapa dia selalu seperti itu.

(Keesokan harinya), Hmmm pakai yang mana ya (kebingungan mencari baju yang cocok), yang ini terlalu pendek, yang ini terlalu terbuka, yang ini juga itu juga. Hmmm... kenapa aku jadi bingung begini, padahal hanya bertemu dengannya (membayangi sosok Arman). Ahhh... pakai ini saja lah. Sepatu sudah, tas sudah, dompet sudah, (mengelus-elus rambut agar rapi), Yosh... ini sudah cukup.

(Setelah selesai berdandan) saat nya pergi. Hari ini cukup cerah ya, tidak ada tanda-tanda mendung atau akan hujan. (Tiba di stasiun, menunggu Arman) Arman kemana sih sudah di tunggui juga lama sekali. (Terlihat Arman yang berlari menghampiri) maaf Ruka aku telat, tadi ada beberapa urusan mendadak. (menghela napas) baiklah, tapi lain kali jangan sampai membuat orang menunggu lama.

Di perjalanan menuju bioskop Arman menceritakan apa yang terjadi. (Hmm, bergumam) baguslah kalau kamu menolong nenek itu (ucapku). Hehehe ..... puji aku lagi dong (Arman nyengir). Ngomong-ngomong Rukachan hari ini kamu tampak manis ya (ucap Arman). Benarkah, terimakasih (ucapku dengan pipi rona merah).

(10 menit berlalu dan tibalah di Osaka) (turun dan berjalan menuju bioskop). Tunggu sebentar ya Rukachan aku pesan tiketnya dulu (ucap Arman), (mengangguk). Yosh aku udah dapat ni, mari kita nonton (ucap Arman). Kemudian kami memasuki ruang dan duduk. Suasana di bioskop sangat tegang. (Apa yang kau lakukan? Jangan ) (aku akan merebut semua darimu, karena kau telah merebut semua dariku) (bagaimana bisa kau hidup kembali padahal aku sudah membunuh mu) (kyaaa.... tidak tidakkk..), (dialog bioskop). (kyaa... Tak sadar memeluk Arman, karena takut). (Arman hanya tersenyum) Rukachan ternyata bisa agresif yaa wkwkwk (ucap Arman). Haaaa...(aku yang tersadar saat itu, langsung melepas Arman) dengan wajah merah padam. Kamu masih boleh lebih lama kok rukachan wkwkwk (ucap Arman menggoda). Tidak .... tidak ... aku tadi tidak sengaja ...(ucapku malu). Penonton lain kemudian melirik kami (enak nya masa muda). Film pun selesai dan kami keluar dari bioskop.

(Keluar bioskop) Fuuh tadi film nya lumayan enak ya ... (ucap Arman lega). Tidak ... tidak, aku tidak ingin menonton nya lagi .. (ucap ku trauma). Ternyata Rukachan takut dengan hal seperti itu ya.... hihihihi, oiya mumpung di sini ayo kita jalan-jalan dulu, bagaimana? (ucap Arman). Aku rasa itu boleh juga (ucapku). Kemudian hari ini kami berkeliling melihat-lihat wisata di Osaka. Ternyata hari ini lumayan juga, pertama kalinya aku merasa sesenang ini. Walau suka bikin kesel dan nyebelin tapi aku senang (ucapku sembari tersenyum dalam hati).

Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Ding ....ding ....ding... Pemberhentian berikutnya Minami, bagi penumpang silahkan masuk, karena kereta akan segera berangkat (suara pemberitahuan kereta). Kemudian kami masuk dan duduk. Hari ini lumayan melelahkan, namun aku senang, serasa beban di pundak hilang. Aku yang kelelahan tanpa sadar tertidur dan bersender di pundaknya Arman. Tuan putri yang galak ternyata bisa semanis ini kalau tidur ya, hari ini adalah hari terbaik yang aku rasakan, aku berharap ini bisa berlangsung seterusnya ya Rukachan (ucap Arman).

Hmm... ini dimana ? (membuka mata). Oh ... kamu sudah bangun ya... Rukachan terlihat nyenyak kali,  jadi aku tidak sanggup membangunkan mu (ucap Arman yang menggendongku). Aku yang sadar langsung segera turun dengan pipi yang merona merah. Dasar Arman, kamu mencari kesempatan dalam kesempitan ya... (ucapku). Hmm... kok bisa tau, dukun ya wkwkwk (ucap Arman tertawa kecil. Tidak di sanggah ya... fuhh, kalau begitu aku duluan ya, rumahku juga sudah dekat dari sini (ucapku). Tidak ingin aku antar sampai rumah ? (tanya Arman). Tidak usah (aku berlari menjauhi Arman kemudian berhenti) Armannn .... hari ini sangat menyenangkan Terima kasih(ucapku keras dengan senyum yang lebar). Begitukah, kalau begitu baguslah (ucap Arman keras).  Kemudian kami melambaikan tangan dan kembali pulang ke rumah masing-masing.

Sebentar lagi liburan akan segera berakhir, semester baru akan segera di buka. Mahasiswa baru akan datang, mahasiswa lama akan pulang. Siklus kehidupan kemahasiswaan yang seperti biasa. “Tut tut tut ..... “ suara telpon ku berbunyi. “Halo.... halo Rukachan, malam ini lihat kembang api yuk“ (ucap Arman). Wajahku langsung memerah dan grogi, perasaan apa ini. Sebelumnya aku tidak merasa seperti ini di depan Arman.” Halo ... moshi moshi Rukachan, jangan-jangan kamu sudah memiliki janji dengan temanmu” (ucap Arman). “Tidak, bukan begitu, maksudku, iya aku mau”(ucapku dengan grogi). “Sudah di tentukan ya, jam 5 di stasiun, oiya Rukachan aku tak sabar lihat kimono kamu, wkwkwk daahh” (ucap Arman tengil menutup telpon). Wajahku kembali memerah. Apa ini apa yang terjadi padaku, aku tidak pernah seperti ini sebelumnya.

Waktu menunjukkan pukul 3, dan aku mulai bersiap-siap. Aku bingung apa yang harus di pakai malam ini, kimono yang mana yah, duhh kenapa aku bingung begini (ucapku kesal). Setelah semua selesai, waktu menunjukkan pukul 4. Karna rasa penasaranku, aku mencari tahu apa yang terjadi pada diriku. Dikutip dari yudhis.com “ Perasaan grogi atau deg deg di depan lawan jenis itu cinta”. Aku sontak terkejut, dan bertanya tanya pada diriku, jangan- jangan selama ini aku menyukai Arman. Kemudian aku bertingkah aneh, dan tersipu malu. Waktu sudah menunjukkan pukul 4.30. Aku bersiap-siap dan pergi ke stasiun.

Terlihat Arman yang sudah menunggu. “Maaf lama, ayo kita pergi” (ucapku). “wohh... kamu terlihat cantik Ruka-chan, manis, kawaii, boleh aku peluka ga” (ucap Arman merayu). Wajahku langsung merona merah dan salah tingkah. “Ah... Trrimakasih” (ucapku merona). Kemudian kami jalan menuju festival. “wah padat sekali ya, sini pegangan Ruka-chan supaya tidak terpisah”(ucap Arman). Arman yang langsung memegang tanganku, sontak membuat ku terkejut dan gugup, rasa yang tidak bisa di tahan lagi. Perasaan ini seperti gemuruh yang ingin menyambar sesuatu, namun masih lemah untuk melakukan nya. Kemudian kami berjalan-jalan, dan bermain bermacam-macam permainan. Kemudian sampailah di pucak acara festival nya. Kami mencari tempat yang untuk melihat kembang api. “Ruka-chan sepertinya tempat itu bagus ayo kita kesana”(ucap Arman menunjuk ke sebuah bukit). Aku hanya mengangguk saking gugupnya. Kira-kira apa yang dirasakan Arman ya saat ini. Dari awal aku melihat sepertinya dia tidak merasakan apapun. Berbagai pertanyaan muncul di benakku. “semuanya mari berhitung mundur kembang api akan di luncurkan(ucap pemandu acara) 5.....4......3......2......1...  ciuttt..... duarr....(kembang api api pertama diluncurkan, diikuti kembang api berikutnya). “Indahnya .....(ucapku). Ini pertama kalinya aku melihat kembang api bersama orang yang menyebalkan, ya emang menyebalkan namun aku sayang.

Aku tak bisa lagi memendam rasa ini, harus ku ungkapkan. Apapun yang terjadi semua akan jadi awal atau akhir di sini. “Aaa.... Arman” (ucapku gugup). “Hm .... ada apa Ruka-chan, wajahmu terihat merah, apa kamu sakit?” (ucap Arman). “Aku ingin ke toilet sebentar”(ucapku). “begitu kah, kalau begitu aku temani” (ucap Arman). “tidak-tidak, tidak perlu, aku sendiri saja, aku akan segera kembali” (ucapku bergegas). Huffff... apa-apaan ini aku tidak bisa mengungkapkan nya. mengapa berat sekali. Lebih baik aku bergegas, aku tidak ingin membuat Arman khawatir. Kemudian aku keluar dari toilet, berdiri 3 orang laki-laki berbadan besar.” Hai nona mau kemana, ayo main sama kita dulu sebentar yuk”(ucap preman itu diselingi tawa jahat teman-temannya). Aku langsung mendadak takut dan mencoba lari, namun di hadang oleh nya. Salah satu temannya langsung menarik tanganku, aku yang mencoba melawan, namun tidak bisa, kekuatan mereka terlalu kuat.

“ Bos hari ini kita bakalan puas” (ucap preman itu). Sementara itu Arman “ hmm... Ruka-chan lama sekali, aku jadi khawatir ni”(ucap Arman). Kemudian karna ke khawatiran Arman, iya begegas mencari Ruka. Ia mencari sana sini tidak kunjung bertemu. Wajah Arman yang tadinya senang berubah menjadi dirinya yang berbeda. Ia melihat jejak kaki yang mengarah ke hutan. Dan tanpa basa basi langsung segera mengejar dengan wajah yang menakutkan. Di sisi lain Ruka masih di bawa oleh para preman ke dalam hutan. “ Bos sepertinya sudah aman”(ucap salah satu preman). Kemudian preman itu memegang tangan Ruka secara paksa. Ruka langsung berteriak dan berharap pertolongan datang. Bak singa kelaparan, mungkin lebih menakutkan lagi. Itulah aura yang di pancarkan Arman, setelah berhasil menemukan Ruka. Para preman yang mengetahui itu berkata “ada apa bocah, dia ini pacarmu, hahaha, kalau begitu rebut saja kalau bisa”(ucap preman itu). Tanpa berkata-kata Arman langsung menghajar ketiga preman, kedua teman nya berhasil kabur dengan beberapa luka, namun tidak bagi si bos. Arman menghajar wajahnya hingga babak belur. Ruka yang mengetahui itu berusaha menghentikan Arman. Arman yang seperti itu sudah kehilangan kendali, dan tak sengaja memukul Ruka cukup keras. Mengetahui itu Arman sontak terkejut dan berhenti dan berkata “kalau seperti ini bukan kah aku sama sepertinya”(ucap Arman sambil mengeluarkan air mata). Ruka yang melihat itu sontak memeluk Arman dan berkata “ Tidak perlu ada yang kamu takutkan Arman, kamu bukanlah seperti orang itu. Aku sangat berterima kasih telah menyelamatkanku, kalau tidak ada kamu, aku mungkin tidak tahu akan jadi seperti apa. Aku mencintaimu” (ucapku lega akhirnya bisa mengungkapkannya). Arman kemudian berhenti menangis dan berkata “ Aku juga mencintaimu Ruka-chan, dan akan selalu melindungimu”(ucap Arman). “ begitukah pangeranku”(ucapku tersenyum).


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer